1. Ikan
mas
Ikan
mas (Cyprinus carpio L) merupakan jenis ikan konsumsi yang sangat dikenal
hampir diseluruh Indonesia. Penyebaran ikan mas yang begitu luas ke berbagai
tempat didukung oleh cara pembudidayaan yang relatif mudah dan sifatnya yang
tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan. Nama ikan mas mempunyai sebutan
berbeda di tiap daerah. Ikan mas, tombro, masmasan (jawa tengah dan jawa
timur), ikan rayo atau ikan ameh (Sumatra Barat).
Ikan mas
berbadan agak memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan ini menyukai habitat air
yang tidak terlalu dalam dan deras, seperti di pinggiran sungai atu danau. Ikan
ini hidup pada ketinggian sampai 600 meter dpl (di atas permukaan laut).
Makanan ikan mas antara lain, tumbuhan air, binatang renik. Makanan utamanya
tumbuhan yang tumbuh di dasar perairan. Pemijahan ikan mas dapat dilakukan
sepanjang tahun tidak tergantung musim. Pembenihan ikan mas biasa dilakukan,
selama 2-3 minggu untuk benih siap didederkan. Pembesaran ikan mas dilakuan
saat benih sudah berukuran 5-8 cm yang berasal dari hasil pendederan.
Pembesaran ikan mas dilakukan 3-4 bulan, sesuai ukuran ikan yang menjadi tujuan
panen. Selama pembesaran ikan, diberi pakan tambahan berupa pellet. Pemberian
pakan dilakukan pagi, siang dan sore sedikit demi sedikit agar pakan tidak
tenggelam ke dasar perairan/kolam.
2. Ikan
Nila
Ikan
nila (Oreochromis nilotica) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Ikan ini memiliki berbagai
keunggulan, dengan varietas unggul yang dihasilkan antara lain, nila merah,
nila gift, nila gesitt, nila nirwana. Nila dapat dibudidayakan di berbagai
wadah seperti kolam air tenang, kolam air deras, dan sawah.
Bentuk badan ikan nila pipih ke samping
memanjang, warna tubuh umumnya putih kehitaman dan merah sehingga dikenal
sebagai nila hitam dan nila merah. Nila dapat dibudidayakan di dataran rendah
sampai pada ketinggian 1.000 meter dpl. Makanan nila berupa plankton, dan
tumbuh-tumbuhan lunak seperti hydrilla, dan ganggang sutera. Untuk
pemeliharaan, nilai dapat diberi makanan tambahan berupa pellet.
Benih nila yang digunakan untuk
pembesaran sebaiknya yang telah mencapai ukuran 8 -12 cm. Padat penebaran benih
di kolam terpal antara 15 – 20 ekor/m2. Kedalaman air untuk kolam pembesaran 80
– 100 cm. Nila diberi pellet sebanyak 2-4% dari bobot biomassa ikan dan
diberikan 3-5 kali sehari. Ikan nila dipelihara selama 4-5 bulan sehingga
mencapai ukuran konsumsi 400-600 gram/ekor.
3. Ikan
Lele
Lele
(Clarias sp) mempunyai bentuk yang memanjang berkulit licin dengan kepala
pipih, mulutnya berada di ujung/ terminal dengan empat pasang sungut, sirip
ekor dan perut membundar. Lele mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa
berupa sepasang patil yang berada di sebelah depan sirip dada. Selain sebagai
senjata patil juga bisa dipergunakan untuk melompat dari kolam atau berjalan di
atas tanah (walking catfish).
Lele dapat hidup di semua perairan air
tawar, di sungai yang airnya tidak terlalu deras seperti danau, waduk, rawa,
serta genangan kecil. Lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut
labirin, terletak di bagian depan rongga insang yang memungkinkan mengambil
oksigen langsung dari udara. Sehingga tahan hidup di perairan yang airnya mengandung
sedikit oksigen.
Pakan ikan lele berupa pakan alami dan
pakan tambahan. Pakan alami seperti cacing, kutu-kutu air, jentik-jentik
(larva), dan siput kecil. Lele termasuk jenis karnivora (pemakan daging), pakan
tambahan yang baik adalah yang banyak mengandung protein hewani.Ikan lele hidup
dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu
tinggi.
Pertumbuhan lele agak lambat apabila
suhu tempat hidupnya terlalu dingin. Lele dipanen pada umur 3-4 bulan dengan
barat rata-rata 200 gram/ekor.
4. Ikan
Patin
Patin
(Pangasius. sp) termasuk kelompok ikan catfish yang dapat hidup di perairan
dengan kandungan oksigen relatif rendah. Patin sangat responsif terhadap pakan
buatan serta memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga termasuk ikan yang
berukuran besar. Warna tubuh ikan patin bagian punggung keabuabuan atau
kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak-perakan, ukuran kepala relatif
kecil dengan mulut terletak diujung agak ke bawah. Pada mulut patin terdapat
dua pasang sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai peraba. Pada sirip
punggung terdapat 1 jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang besardan
bergerigi, sirip dada juga terdapat 1 jari-jari keras yang juga berubah menjadi
patil. Patin adalah ikan omnivor (pemakan segala) dan cenderung menjadi
karnivor (pemakan daging). Di alam, patin makan ikan-ikan kecil, cacing,
serangga, biji-bijian, tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan dan udang kecil. Dalam
pemeliharaan, patin dapat diberi pakan buatan berupa pelet.
5. Ikan
Gurami
Gurami (Osphyrenemus gouramy) dikalangan
pecinta menu masakan dikenal sebagai ‘ikan mewah’ dengan harga jual tinggi dan
citarasanya yang tinggi. Daging ikan gurami renyah dengan sedikit duri dan
minim lemak. Bentuk tubuh gurami agak panjang, tinggi dan pipih ke samping
dengan panjang maksimum 65 cm. Gurami banyak dibudidayakan di pulau Jawa,
Kalimantan, dan Sumatra. Sebutan ikan gurami beragam di setiap daerah yakni
gurami atau gurami di Jawa, kalau atau kaloi (Sumatra), dan kala atau kalui
(Kalimantan).
Gurami
mudah berkembang di dataran rendah dengan ketinggian lokasi yang cocok untuk
budidaya mulai dari 0-800 dpl dan suhu 24-28 0C. Ikan gurami peka terhadap suhu
rendah, sehingga tidak produktif di suhu rendah. Gurami memijah pada umur 2-3
tahun, produktivitas telur meningkat di musim kemarau. Telur gurami akan
menetas dalam selang waktu 10 hari. Gurami menyukai perairan yang jernih,
tenang, dan tidak banyak mengandung lumpur.
Gurami termasuk hewan omnivora pemakan
tumbuhan dan daging. Tumbuhan yang biasa dimakan yaitu azolla, kangkung, dan
daun talas dengan pakan tambahan berupa pellet. Pemberian pakan dilakukan
sebanyak-banyaknya. Pembesaran ikan gurami menggunakan benih dengan berat
minimum 100 gram per ekor. Pembesaran dilakukan sampai berat ikan gurami
minimal 500 gram atau lebih sesuai keinginan konsumen. Waktu yang diperlukan
untuk mencapai ukuran konsumsi adalah 500 g/ekor pada selang waktu 6 bulan
sedangkan berat 1 kg/ekor membutuhkan waktu lebih kurang 9 bulan.
6. Ikan
Bawal
Ikan
bawal (Bramidae) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai
ekonomis cukup tinggi dan berasal dari
Brazil. Pada mulanya ikan bawal diperdagangkan sebagai ikan hias, namun karena
pertumbuhannya cepat, nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya
(Omnivora), ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik,
disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging ikan
gurami dan dapat mencapai ukuran besar, maka masyarakat menjadikan ikan
tersebut sebagai ikan konsumsi sehingga produksinya tiap tahun semakin
meningkat (Chobiyah 2001).
Morfologi ikan bawal air tawar dari arah
samping tubuh membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi
2:1. Ikan bawal air tawar memiliki
bentuk tubuh pipih dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4:1. Badan agak bulat, bentuk tubuh pipih,
sisik kecil, kepala hampir bulat, lubang hidung agak besar, sirip dada di bawah
tutup insang, sirip perut dan sirip dubur terpisah, punggung berwarna abu-abu
tua, perut putih abu-abu dan merah.
7. Ikan
Gabus
Ikan gabus (Channa striata) merupakan
salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari daerah tropis. Ikan gabus ini
banyak ditemukan di perairan umum, yang dapat tumbuh dan berkembang dimuara –
muara sungai, daun dan dapat juga berkembangbiak di perairan kotor rendah kadar
oksigen bahkan juga tahan terhadap kekurangan air.
Ikan ini biasanya memiliki ciri – ciri
fisik umum yaitu memiliki bentuk tubuh memanjang, dan bagian belakang berbentuk
pipih ( compressed ). Bagian depan cembung, perut rata dan bagian kepala pipih
atau hampir menyerupai kepala ular ( head snake ). Warna punggung ikan ini
berwarna kehijauan kehitaman dan bagian perut berwarna putih atau krim.
Ikan
gabus pada umumnya memiliki bentuk tubuh bulat memanjang dengan panjang
mencapai ½ – 1 meter bahkan lebih, ikan ini memiliki berat rata – rata 2-5 kg.
Bagian kepala berbentuk gepeng dan agak pipih yang hampir menyerupai kepala
ular ( Head snake ). Memiliki sisik yang besar dan kasar di bagian kepala,
perut, punggung, dan bagian ekornya.
Bagian sirip punggung memanjang dan juga
sirip ekor bebentuk bulat pada bagian ujungnya, bagian sisi atas tubuh hingga
bagian ekor memiliki warna kegal, kehitaman maupun kehijauan, sedangkan warna
bagian perut berwarna krim atau putih. Bagian sisi samping terdapat garis
maupun coret tebar ( striata ), warna ini biasanya tergantung dengan habitat
dan lingkungannya.
Bagian mulut terdapat gigi yang besar
dan tajam, yang berguna untuk mencabik atau mengunyah makanannya. Secara umum,
ikan gabus ini memiliki bau amis, hal ini disebabkan karena bagian otot ikan
terbuat dari protein yang bervariasi. Bau amis ini berasal dari penguraian (
dekomposisi ), zat amonia dari senyawa belerang dan bahan kimia amina yang
berasal dari penguraian asam amino.
8. Ikan
Tawes
Ikan
Tawes (Barbonymus gonionotus) memiliki bentuk badan agak panjang dan pipih
dengan punggung meninggi, kepala kecil, moncung meruncing, mulut kecil terletak
pada ujung hidung, sungut sangat kecil atau rudimenter. Di bawah garis rusuk
terdapat sisik 5½ buah dan 3-3½ buah diantara garis rusuk dan permulaan sirip
perut. Garis rusuknya sempurna berjumlah antara 29-31 buah. Badan berwarna
keperakan agak gelap di bagian punggung. Pada moncong terdapat
tonjolan-tonjolan yang sangat kecil. Sirip punggung dan sirip ekor berwarna
abu-abu atau kekuningan, sirip dada berwarna kuning dan sirip dubur berwarna
oranye terang.
Tawes
bersifat herbivora, utamanya memakan tumbuh-tumbuhan seperti Hydrilla, aneka
tumbuhan air, dan daun-daunan yang terjatuh ke sungai. Tawes mau juga memangsa
aneka invertebrata. Suhu air yang ideal untuk hidupnya antara 22-28 °C.
Meski
sebenarnya ikan tawes adalah ikan yang termasuk herbivore atau pemakan
tumbuhan, namun ikan tawes yang sudah dikembang biakkan di kolam dapat diberi
makan pelet atau makanan alami berupa daunt talas. Perkembangan ikan di kolam
akan jauh lebih cepat karena pola makan yang cukup dan teratur dan tujuannya
adalah sebagai ikan konsumsi menyebabkan ikan tawes jarang di gunakan sebagai ikan
pancingan di kolam–kolam pancing.
9. Ikan
Munjair
Ikan
mujair (Bramidae) ini dapat hidup di air tawar, bentuk ikan mujair ini
memanjang dan pipih. Memiliki sisik yang memiliki warna kecoklatan, abu-abu dan
juga kehitaman. Namun bagian kepala ikan mujair ini memiliki bentuk seperti
ikan nila yaitu berbentuk kerucut dan oval pada bagian depan.
Mata
ikan mujair ini memiliki warna kemerahan, kehitaman dan juga ada yang berwarna
kecoklatan. Mata ikan mujair sama dengan ikan lainnya yaitu memiliki bentuk
bulat, dan bagian tengah terdapat bundaran hitam. Selain itu, mata ikan akan
terdapat lingkaran berwarna kekuningan, dan keputihan tergantung dengan
umurnya. Ikan mujair ini memiliki sirip memiliki bentuk seperti sisir dan berduri
di bagian atasnya. Sirip ikan mujair ini terdiri dari beberapa warna yaitu
abu-abu, kehitaman dan juga transparan. Sirip ikan mujair ini memiliki tulang
yang terdiri dari 10-11 tulang yang menyokong sirip. Sirip ikan mujair ini
mencapai 0,5-1 cm bahkan lebih tergantung dengan pertumbuhannya. Ekor pada ikan
mujair ini terbentuk tumbul di bagian ujungnya dan persegi, ekor ikan mujair
memiliki warna yang sama dengan siripnya. Ekor ini memiliki tulang juga yang
terdiri dari beberapa saja yang menyokong ekornya. Selain itu, memiliki sirip
juga di bagian perutnya dengan warna yang sama dengan ekor, tetapi lebih pendek
dari ekor ikan mujair.
Reproduksi
ikan mujair ini berumur 5-6 bulan, atau sudah matang gonad yang di tandai
dengan bagian organ reproduksi organ betina dan jantan di tandai dengan adanya
cairan berwarna putih dan kekuningan. Reproduksi ikan mujair ini sekitar
100-150 benih perekornya bahkan lebih tergantung indukan betina berkualitas
atau tidaknya.
10. Ikan
Bandeng
Ikan bandeng memiliki bentuk tubuh yang
memanjang, ramping, pipih dan oval. Panjang ikan ini berkisar 5 -10 cm bahkan
lebih, dan juga memiliki ketinggian badan berkisar 2-4 cm. Sedangkan ukuran
kepala pada ikan bandeng ini sejajar atau berukuran seimbang dengan ukuran
badanya yang memiliki bentuk lonjong dan tidak memiliki sisik. Selain itu, ikan bandeng ini memiliki kepala
depan yang mendekati mulut dan sedikit meruncing.
Ikan
bandeng memiliki warna keputihan, abu-abu dan silver. Ikan bandeng memiliki
sisik kecil yang berdiameter 0,01 -0,005 bahkan lebih. Sisik tersebut memiliki
warna yang sama dan juga tidak mengkilap. Sirip badan ikan bandengan ini
memiliki beberapa lapisan seperti lilin, memiliki bentuk segitiga dan terletak
di insang di bawah perut. Sirip bagian punggung ikan bandeng ini memiliki
tulang yang tersusun 14 batang. Salah satunya sirip yang terletak di bagian
atas punggung memiliki fungis untuk mengontrol berenag ikan. Selain itu, sirip
di bagian perut ikan bandengn ini terdapat di dekat bagian anus, yang memiliki
fungi untuk mengatur keseimbangan berenang. Sedangkan sirip lainnya pada ikan
bandeng ini terletak di bagian belakang sangat besar, berwarna kehitaman atau
kecoklatan dan juga runcing di bagian ujung. Sirip ini berfungsi untuk
mengemudi kecepatan berang pada ikan bandeng.
Perlu di ketahui bahwa ikan bandengan
adalah salah satu jenis ikan eurihalin, yang dapat berkembangbiak di sungai air
tawar, air payau, dan air laut. Namun, untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan
bandeng ini sangat relatif cepat yaitu 1-2 kg per ekornya bahkan juga bisa
lebih tergantung pemeliharan ikan bandeng.