
Untuk itu, pengurus pusat The
Jakmania menyuguhkan berbagai acara seru. Di antaranya terdapat stand bazzar
dan panggung musik. Manajemen Persija dan para pemain juga hadir. Ada Bambang
Pamungkas, Ismed Sofyan, Amarzukih, dan Ramdani Lestaluhu. Bahkan, dua penggawa
asing anyar Persija, Martin Vunk dan Yevgeni Kabayev juga ada. Semuanya larut
dalam suka dan duka di momen terakhir merasakan Stadion Lebak Bulus.
Dalam acara itu, Ketua The
Jakmania Muhammad Lariko mengatakan bahwa mulai Senin (22/12) The Jakmania
sudah angkat kaki dari sekretariatnya. Dia pun sebenarnya menyayangkan
kebijakan Pemerintah DKI. Padahal, penggantinya saja belum ada. ”Berapa stadion
lagi yang harus digusur? Sejak Stadion Menteng digusur saja penggantinya belum
ada,” keluh Lariko.
Dia pun mengenang kejadian
manis yang pernah terjadi di stadion yang berdiri pada 1987 itu. Kata dia,
Lebak Bulus merupakan stadion angker yang ditakuti tim manapun di Indonesia.
Hal itu terjadi karena jarak dari tribun penonton ke lapangan begitu dekat.
Imbasnya, pemain Persija seperti kesetanan dalam bermain. Jarang sekali ada tim
yang bisa menang di Lebak Bulus. Bahkan, tim sekelas Persib Bandung saja sampai
pernah kalah walk out (WO) di 2005.
Kenangan manis di stadion itu
juga dirasakan pendiri The Jakmania, Ferry Indrasjarief. Dia bercerita, stadion
yang terletak di Kecamatan Cilandak itu merupakan poros kekuatan The Jakmania.
Dulunya, Persija bermarkas di Stadion Menteng, Jakarta Pusat. Karena waktu itu
pendukungnya tidak seramai sekarang, Menteng masih bisa menampung suporter.
Di 1997, Organisasi suporter
Persija terbentuk. Sejak saat itu, Stadion Menteng pun sudah tidak lagi bisa
menampung semangat The Jakmania dalam mendukung Persija. Akhirnya, markas
Persija dipindah ke Lebak Bulus. ”Dulu itu di Lebak Bulus ada dua klub. Satu
Persija satu lagi Pelita Jaya. Tapi Pelita Jaya lebih sedikit pendukungnya.
Akhirnya mereka pindah home base ke Solo,” kenang Ferry.
Stadion itu juga menjadi salah
satu bagian dari prestasi Persija meraih gelar juara di 2001. Ya, saat bermain
kandang, Persija sulit dikalahkan. Akhirnya, tim berjuluk Macan Kemayoran itu
melenggang ke semi final yang diadakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Di
sana, Persija tembus ke final dan merajai Liga Indonesia. ”Di Lebak Bulus,
anak-anak bisa kasih support yang hebat. Itu membuat tim lawan merinding
melihat lautan oren di segala penjuru,” papar pria yang akrab disapa Bung Ferry
itu.
Kenangan manis juga dirasakan
para pemain Persija. Salah satunya Ismed Sofyan. Ya, di atas lapangan itu,
pemain asal Aceh itu pernah mencetak gol fantastis saat melawan Persik Kediri
di 2005. Golnya dari jarak kurang lebih 40 meter menjadi gol terbaik saat itu.
Dan kabarnya, gol tersebut masuk ke dalam gol terbaik ESPN. ”Itu tidak akan
pernah bisa dilupakan seumur hidup saya,” ucap Ismed Sofyan.
Sayangnya, Stadion Lebak Bulus
sudah tidak bisa lagi dipakai Persija sejak era Liga Super Indonesia dimulai di
2008. Badan Liga Indonesia (BLI) menganggap bahwa Lebak Bulus tidak memenuhi
standar penyelenggaraan pertandingan. Apalagi, Persija punya basis suporter
yang sangat banyak. Hal itu membuat tim ibu kota menggunakan Stadion Utama
Gelora Bung Karno sebagai markasnya.
Kini, kejayaan Persija di Lebak
Bulus mungkin hanya akan menjadi cerita hangat pengantar tidur. Kemeriahan,
kehangatan, dan keceriaan yang pernah tercipta di stadion itu sebentar lagi
akan musnah dihantam mesin-mesin penghancur. Selamat tinggal Stadion Lebak Bulus.
Kau mati dengan cara terhormat.
No comments:
Post a Comment