Friday, April 10, 2015

Artikel: Tulisan Terakhir Untuk Lebak Bulus

JakOnline - Minggu sore (21/12) ribuan The Jakmania memadati Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Mereka datang dari berbagai penjuru di Jakarta. Bahkan, ada juga yang datang dari daerah. Seperti Semarang, Brebes, Tegal, Cilacap, Banjarnegara dan masih banyak lainnya. Semua ingin sama-sama merasakan detik-detik terakhir menginjak rumput stadon tersebut. Karena tidak lama lagi, stadion yang tidak berdosa itu akan dihancurkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Untuk itu, pengurus pusat The Jakmania menyuguhkan berbagai acara seru. Di antaranya terdapat stand bazzar dan panggung musik. Manajemen Persija dan para pemain juga hadir. Ada Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan, Amarzukih, dan Ramdani Lestaluhu. Bahkan, dua penggawa asing anyar Persija, Martin Vunk dan Yevgeni Kabayev juga ada. Semuanya larut dalam suka dan duka di momen terakhir merasakan Stadion Lebak Bulus.


Dalam acara itu, Ketua The Jakmania Muhammad Lariko mengatakan bahwa mulai Senin (22/12) The Jakmania sudah angkat kaki dari sekretariatnya. Dia pun sebenarnya menyayangkan kebijakan Pemerintah DKI. Padahal, penggantinya saja belum ada. ”Berapa stadion lagi yang harus digusur? Sejak Stadion Menteng digusur saja penggantinya belum ada,” keluh Lariko.

Dia pun mengenang kejadian manis yang pernah terjadi di stadion yang berdiri pada 1987 itu. Kata dia, Lebak Bulus merupakan stadion angker yang ditakuti tim manapun di Indonesia. Hal itu terjadi karena jarak dari tribun penonton ke lapangan begitu dekat. Imbasnya, pemain Persija seperti kesetanan dalam bermain. Jarang sekali ada tim yang bisa menang di Lebak Bulus. Bahkan, tim sekelas Persib Bandung saja sampai pernah kalah walk out (WO) di 2005.

Kenangan manis di stadion itu juga dirasakan pendiri The Jakmania, Ferry Indrasjarief. Dia bercerita, stadion yang terletak di Kecamatan Cilandak itu merupakan poros kekuatan The Jakmania. Dulunya, Persija bermarkas di Stadion Menteng, Jakarta Pusat. Karena waktu itu pendukungnya tidak seramai sekarang, Menteng masih bisa menampung suporter.

Di 1997, Organisasi suporter Persija terbentuk. Sejak saat itu, Stadion Menteng pun sudah tidak lagi bisa menampung semangat The Jakmania dalam mendukung Persija. Akhirnya, markas Persija dipindah ke Lebak Bulus. ”Dulu itu di Lebak Bulus ada dua klub. Satu Persija satu lagi Pelita Jaya. Tapi Pelita Jaya lebih sedikit pendukungnya. Akhirnya mereka pindah home base ke Solo,” kenang Ferry.

Stadion itu juga menjadi salah satu bagian dari prestasi Persija meraih gelar juara di 2001. Ya, saat bermain kandang, Persija sulit dikalahkan. Akhirnya, tim berjuluk Macan Kemayoran itu melenggang ke semi final yang diadakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Di sana, Persija tembus ke final dan merajai Liga Indonesia. ”Di Lebak Bulus, anak-anak bisa kasih support yang hebat. Itu membuat tim lawan merinding melihat lautan oren di segala penjuru,” papar pria yang akrab disapa Bung Ferry itu.

Kenangan manis juga dirasakan para pemain Persija. Salah satunya Ismed Sofyan. Ya, di atas lapangan itu, pemain asal Aceh itu pernah mencetak gol fantastis saat melawan Persik Kediri di 2005. Golnya dari jarak kurang lebih 40 meter menjadi gol terbaik saat itu. Dan kabarnya, gol tersebut masuk ke dalam gol terbaik ESPN. ”Itu tidak akan pernah bisa dilupakan seumur hidup saya,” ucap Ismed Sofyan.

Sayangnya, Stadion Lebak Bulus sudah tidak bisa lagi dipakai Persija sejak era Liga Super Indonesia dimulai di 2008. Badan Liga Indonesia (BLI) menganggap bahwa Lebak Bulus tidak memenuhi standar penyelenggaraan pertandingan. Apalagi, Persija punya basis suporter yang sangat banyak. Hal itu membuat tim ibu kota menggunakan Stadion Utama Gelora Bung Karno sebagai markasnya.


Kini, kejayaan Persija di Lebak Bulus mungkin hanya akan menjadi cerita hangat pengantar tidur. Kemeriahan, kehangatan, dan keceriaan yang pernah tercipta di stadion itu sebentar lagi akan musnah dihantam mesin-mesin penghancur. Selamat tinggal Stadion Lebak Bulus. Kau mati dengan cara terhormat.

No comments:

Post a Comment