Tuesday, January 27, 2015

Cerpen : FITNAH LEBIH KEJAM DARI PADA PEMBUNUHAN !

Selasa, 5 Agustus 2014. Hari kedua aku masuk sekolah setelah libur panjang lebaran. Di bulan yang suci ini tentunya harus saling memaafkan. Begitu juga aku, walaupun aku beragama lain, tetapi aku memanfaatkan peristiwa ini. Saat Miya datang ke kelasku untuk membagikan teks, disaat itu juga aku minta maaf kepada Miya atas kesalahanku yang pernah kuperbuat kepadanya. Karena aku mempunyai pikiran bahwa “Aku dilahirkan tidak untuk mencari musuh. Tetapi, aku dilahirkan untuk mencari teman.”

“Miya, maafin aku ya.. maaf kalo aku punya salah sama kamu.” Sambil mengajaknya bersalaman.
“Maaf ?. Ndak akan pernah aku maafin ah.” Jawab Miya sambil berjalan menuju kelasnya dan tertawa.
“iya udah terserah kamu. Tapi, aku udah maafin kamu.” Ucapku dengan tersenyum.

Sepertinya Miya sudah memaafkanku. Setiap hari aku dan Miya bertemu. Kita ketawa bareng, kita komunikasi seperti biasa. Tidak ada lagi yang namanya musuh. Sekarang sudah menjadi teman. Tetapi aku juga masih bertanya-tanya, apakah Miya sudah memaafkanku dengan tulus?. Biarlah waktu yang dapat menjawabnya. Yang terpenting bagiku, semua sudah kembali normal lagi, tidak ada berita ini dan itu, tidak ada lagi permusuhan.

Suatu malam aku pernah bertanya-tanya dan berdoa kepada Tuhan,
“Tuhan, akankah persahabatan ini akan berjalan terus?. Kiranya tidak ada lagi permasalahan yang menimpaku ya Tuhan. Kiranya Engkau merencanakan sesuatu yang indah bagiku dan teman-temanku. Amin.”

Indahnya hari yang kulalui dengan penuh damai sejahtera bersama teman-temanku disekolah. Disaat sedih pasti ada yang menghibur, disaat senang pasti juga ikut senang. Komplit rasanya hidup ini.

Tapi dalam hidup pasti ada kesuksesan dan ada kegagalan. Ada jatuh dan juga ada bangun. Jadi harus tetap sabar dan semangat menjalaninya. Seperti dugaanku pasti ada masalah lagi yang menimpaku. Mungkin Tuhan sayang kepadaku. Berita negatif tentang diriku terdengar oleh telingaku. Sudah aku duga pasti ada temanku yang tidak suka kalau aku dekat dengan Miya. Fitnah menyebar dimana-mana. Yasa, adalah teman perempuanku yang sering memfitnah aku dari dulu. Mungkin dulu aku masih sabar menghadapinya. Tapi, ini fitnahnya sudah melewati batas. Jadi, kesabaranku mungkin sudah habis.

Malam hari, 20 Agustus 2014. Vania, salah satu sahabatku yang paling dekat denganku memberikan sebuah informasi kepadaku. Informasi tentang Yasa yang memfitnahku, dan tentang teman-temanku yang sudah terpengaruh omongannya Yasa. Dari A-Z, Vania menceritakannya. Aku hanya mengelus dadaku dan berkata,”Daripada fitnah ini menyebar kemana-mana, lebih baik besok aku selesaikan dengan kepala dingin.”

Disaat itu juga aku sms Yasa. “Sa, aku mau ngomong boleh?”
“Boleh, mau ngomong apa?” balasnya disms.
“Kamu kan sering diajarin ataupun pernah diajarin jangan memfitnah orang, jangan bicara yang tidak-tidak. Iyakan?” tanyaku disms.
“Iya, kenapa? Balasnya dengan singkat.
“Punya mulut dijaga, Sa. Jangan sering ngefitnah aku. Apalagi yang tidak-tidak.” Balasku sedikit emosi.
“Aku ngefitnah kamu apa? Apa buktimu?” kata Yasa dalam sms.
“Mau bukti? Apa mau saksi? Aku punya semua. Kamu ngefitnah aku kalau aku itu punya hubungan dengan Fatih, pacarnya Miya. Kamu juga ngefitnah aku kalau aku itu yang ngrebut pacarnya Miya dulu, Fahri yang sekarang menjadi pacarku. Itu semua fitnahmu kepadaku, dan semua fitnahmu itu tidak ada yang benar. Dari dulu aku sudah sabar menghadapimu. Tapi kali ini, mungkin kesabaranku sudah habis. Aku itu kasihan sama kamu, daripada kamu dimusuhin banyak orang, lebih baik kamu berkata yang sebenarnya, sesuai fakta.” Balasku agak kesal.
“Daripada ngomong lewat sms lebih baik ngomong langsung saja, berani gak?” ajaknya disms.
“Ok, tapi kita bicara berdua saja diUKS. Dengan kepala dingin, jangan pakai emosi.” Ucapku dalam sms.
Yasa pun menyetujui permintaanku itu.

Kamis, 21 Agustus masih ditahun 2014. Sekitar jam 08.30 pagi, Yasa mengirim sms kepadaku,”Bagaimana kalau ngomong sekarang dilapangan?”
Jawabku,”Akukan sudah bilang, aku maunya diUKS. Empat mata saja.”

Disaat itu juga aku menceritakan permasalahanku dengan Debo, teman perempuanku yang selalu membantu menyelesaikan masalah asal kebenaran ditegakkan. Dia pun akan membantuku jika nanti Yasa bicara tapi tidak sesuai fakta.

Sekitar jam 11.00 pagi, aku dipanggil Fahri pacarku untuk keUKS. Tapi aku masih sibuk dengan latihanku. Untuk kedua kalinya, aku dipanggil Vania dan Debo untuk ke Uks. Dengan sangat kaget, ternyata diUKS seperti ada sebuah persidangan. Banyak orang disana. Yang pasti ada aku, Fahri, Miya, Fatih dan juga Yasa. Fira yang layaknya sebagai hakim memulai persidangan ini. Yasa pun mulai berbicara dan bertanya kepadaku,”Mana Saksimu?”
Jawabku sambil menoleh Vania,”Van, kamu mau ndak bersaksi demi sebuah kebenaran?”
Vania pun menjawab “iya” dan mulai berbicara tentang informasi yang telah diberikannya kepadaku tadi malam. Sambil aku menunjukan tulisannya Vania di chat Facebook kepada semua orang.

Persidangan ini sepertinya semakin memanas. Yasa berbicara seakan-akan meyakinkan orang lain bahwa aku yang bersalah. Tapi dari sisi lain, aku pun tak mau kalah, aku akan berusaha untuk menegakkan keadilan.

Ketika Yasa berbicara dan memberi buktinya, Fatih pun mencari bukti foto untuk memojokkan Yasa,”Lah kalau foto ini bagaimana? Foto ini pasti juga bisa dibuat fitnah, iya kan?” Ucapnya sambil memperlihatkan bukti itu.

Tiba-tiba Debo memasuki UKS dan berkata,”Kalau tidak ada yang membakar, pasti tidak akan kebakar.” Sambil mengedipkan bulu matanya kepadaku dan tersenyum.

Semua pun terdiam, begitu juga Yasa. Yasa sudah tidak mampu mencari-cari alasan. Fira yang layaknya sebagai hakim dipengadilan itu berbicara,”Udah jelas semuakan? Yang terpenting itu kita harus saling percaya dengan pasangan kita masing-masing.”

Setelah itu, Yasa meminta maaf kepadaku,”Aku minta maaf kalau aku ada salah” sambil menjabat tanganku.
“Sebelum kamu minta maaf, aku udah maafin kamu kok.” Ucapku dengan tersenyum.

Aku juga disuruh minta maaf kepada Miya. Dengan air mata yang menetes, aku menjelaskan semuanya kepada Miya. Miya pun berkata kepadaku,”Maaf ya, dulu aku belum tulus maafin kamu. Janji ya, jangan deket-deket dengan Fatih.” Sambil menangis.

“Iya, aku tau kok kalau dulu kamu belum bisa tulus maafin aku. Iya aku janji. Satu lagi, Jangan terlalu percaya apa yang dikatakan orang lain. Percayalah dan ikuti apa kata hatimu sendiri.” Jawabku sambil meyakinkan Miya. Miya pun mengangguk-angguk.

Selanjutnya Fahri disuruh minta maaf kepada MIya, begitu juga Fatih pacarnya Miya.

Keluar dari UKS, Debo berkata kepadaku,”Itu yang namanya senjata makan tuan, mulutnya harimaunya. Hahahaha…” sambil menepuk pundakku.
“Iya Deb, Kebenaran harus ditegakkan karena fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan. Hahahaha, Makasih ya Deb buat tadi.” Sambil bersalaman dengannya.
“Makasih apa? Tadi? Tadi itu Cuma ngeluarin kata-kata singkat dan disaat semua emosi memuncak. Hahahaha, iya deh sama-sama.” Sambil ketawa.

Hari berganti hari, semua normal kembali. Semua hidupku aku serahkan kepada Tuhan. Biar Tuhan mengatur yang terbaik untukku. Mungkin Yasa merasa gimana gitu kalau melihatku. Tetapi pernah aku mendengar kata “kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan, tetapi balaslah dengan kebaikan.”


Cerpen ini berdasarkan pengalaman pribadi saya, dengan beberapa perubahan. Nama tokoh disamarkan, demi menjaga nama baik .

No comments:

Post a Comment