A. Latar
Belakang Terjadinya Perjuangan Mengembalikan Irian Barat
Masih ingatkah
kalian tentang Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselanggarakan di Den Haag
Belanda pada tanggal 23 Agustus sampai 2 September 1949? Salah satu keputusan
dalam konferensi tersebut antara lain bahwa masalah Irian Barat akan
dibicarakan antara Indonesia dengan Belanda satu tahun setelah Pengakuan
Kedaulatan. Dari keputusan ini terjadi perbedaan penafsiran antara Indonesia
dengan Belanda. Pihak Indonesia menafsirkan bahwa Belanda akan menyerahkan
Irian Barat kepada Indonesia. Tetapi pihan Belanda menafsirkan hanya akan
merundingkan saja masalah Irian Barat. Dalam perjalanan waktu, Belanda tidak
mau membicarakan masalah Irian Barat dengan Indonesia.
Untuk menanggapi
sikap Belanda tersebut maka Indonesia melakukan berbagai upaya berikut.
B. Perjuangan
Dengan Konfrontasi Politik dan Ekonomi
Berbagai upaya yang telah dilakukan
Indonesia tersebut sampai tahun 1957 ternyata belum membawa hasil, sehingga
Belanda tetap menduduki Irian Barat. Karena jalan damai yang ditempuh belum
membawa hasil maka sejak itu perjuangan ditingkatkan dengan melakukan aksi-aksi
pembebasan Irian Barat di seluruh Tanah Air Indonesia yang dimulai dengan
pengambilalihan perusahaan milik Belanda.
Perusahaan-perusahaan
milik Belanda yang diambilalih oleh bangsa Indonesia pada bulan Desember 1957
tersebut antara lain Nederlandsche Handel Maatschappij N.V. (sekarang menjadi
Bank Dagang Negara), bank Escomto di Jakarta serta perusahaan Philips dan KLM.
Pada tanggal 17
Agustus 1960 Republik Indonesia secara resmi memutuskan hubungan diplomatic
dengan Pemerintah Kerajaan Belanda. Melihat hubungan yang tegang antara
Indonesia dengan Belanda ini maka dalam Sidang Umum PBB tahun 1961 kembali
masalah ini diperdebatkan.
Pada waktu
terjadi ketegangan Indonesia dan Belanda, Sekretaris Jenderal PBB U Thant
menganjurkan kepada salah seorang diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker
untuk mengajukan usul penyelesaian masalah Irian Barat. Pada bulan maret 1962
Ellsworth Bunker mengusulkan agar piahak Belanda menyerahkan kedaulatan Irian
Barat kepada Republik Indonesia yang dilakukan melalui PBB dalam waktu dua
tahun. Akhirnya Indonesia menyetujui usul Bunker tersebut dengan catatan agar
waktu dua tahun itu diperpendek. Sebaliknya Pemerintah Kerajaan Belanda tidak
mau melepaskan bahkan membentuk Negara “Boneka” Papua. Dengan sikap Belanda
tersebut maka tindakan bangsa Indonesia dari politik konfrontasi ekonomi
ditingkatkan menjadi konfrontasi segala bidang.
No comments:
Post a Comment